THE POWER OF A DREAM

09.57 Impian Nopitasari 0 Comments



Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah..tanpa lelah..hingga engkau meraihnya..
Kita tentu sudah tak asing dengan petikan lirik lagu di atas. Ya, soundtrack Laskar Pelangi yang dipopulerkan oleh Nidji memang memberi nuansa tersendiri tidak hanya bagi pecinta musik, tapi bagi orang pada umumnya. Lirik lagu yang dilantunkan mempunyai efek tersendiri bagi pendengarnya.
Tidak berlebihan apabila mimpi dianggap sebagai kunci untuk menaklukkan dunia karena semua berawal dari mimpi. Jika mimpi saja kita tidak berani, bagaimana kita bisa menaklukkan dunia? Ketika kita merasa sudah tak punya apa-apa di dunia ini, ingat, kita masih punya mimpi, entah bagaimana wujud mimpi itu, yang penting kita harus punya!
Sudah sering kita mendengar kisah-kisah tentang kekuatan impian. Bahkan telah banyak hadir novel yang menggambarkan tentang perjuangan menggapai mimpi. Laskar Pelangi, dengan kesederhanaan tokoh-tokohnya, bersekolah di sekolah yang tak layak, kehidupan mereka jauh dari enak. Tapi mereka selalu percaya dengan mimpi, bolehlah mereka miskin, tapi jangan sampai mereka kehilangan asa, kehilangan mimpi. Ternyata perjuangan mereka pun tak sia-sia. Ikal dan Arai, tokoh dalam novel tersebut berhasil masuk Universitas Sorbonne, Prancis dan bertualang menaklukkan Eropa.
Begitu pula dengan kisah Negeri 5 Menara. Persahabatan enam santri beda pulau, beda bahasa, beda budaya tak menyurutkan mereka untuk bermimpi. Dengan mantra Man Jadda wa Jada mereka ukir mimpi-mimpi tersebut di bawah menara. Memandangi awan-awan seolah-olah itu adalah pulau impian mereka, negara yang ingin dikunjungi. Siapa sangka suatu hari mereka berhasil menggapai mimpi dan memenuhi janji untuk foto di bawah menara impian masing-masing.
Sekali lagi, jangan remehkan mimpi.
Ahlamu yaum haqiqotan ghodda. Sebuah pepatah arab yang mungkin belum familiar di lingkungan masyarakat kita. Tapi arti dari pepatah tersebut sungguh luar biasa, mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari. Jadi apakah kita masih belum percaya dengan mimpi? Mulai sekarang bermimpilah. Karena esok hari tergantung dari mimpi kita hari ini.
Berusaha Untuk Menggapai Mimpi
Tidak ada yang mudah, tetapi tidak ada yang tidak mungkin. Kata-kata Napoleon Bonaparte, penguasa Prancis yang legendaris. Saya masih memegang motto itu, tak terkecuali dalam hal meraih mimpi. Mimpi tidak hanya sekedar mimpi, tentu harus ada usaha yang menyertainya. Percuma kita bermimpi setinggi langit tapi tak ada usaha untuk mewujudkan mimpi itu. Dreaming without action is nothing.
Bermimpi juga butuh konsekuensi. Tak mungkin kita hanya berani bermimpi, saya ingin kaya, saya ingin berkeliling dunia, saya ingin ini, ingin itu, tapi tak ada usaha untuk mewujudkan mimpi tersebut. Hal itu bisa dikatakan sebagai kriminalitas untuk diri kita. Berbohong pada diri sendiri juga merupakaan kejahatan pribadi.
Mulailah dengan hal-hal yang sederhana dan kecil. Tulis mimpi kita, dengan itu kita akan merasa terus termotivasi. Danang Ambar Prabowo, Mawapres ITB 2010 yang lebih dikenal dengaan Sang Pembuat Jejak juga melakukan hal tersebut. Dia menulis target-target dalam hidupnya dan mencoretnya ketika target tersebut telah tercapai. Tentu dengan usaha yang tidak mudah untuk mencapai 100 target yang ia tulis, termasuk mimpinya untuk pergi ke negeri sakura. Ia pun tak percaya ketika mencoret targetnya yang ingin pergi ke Jepang. Mencoret target berarti dia telah meraih target tersebut. Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Nothing’s impossible.
Bermimpi memang menuntut pengorbanan, konsekuensi dari sebuah pilihan. Contoh terdekat dalam lingkungan saya adalah perjuangan anak seorang pemulung di Jogja untuk menjadi dokter. Siapa pun berhak meremehkan cita-cita tersebut, termasuk saya. Jujur, saya pun tidak berani bermimpi untuk menjadi dokter, realistis saja, kuliah di fakultas kedokteran butuh biaya yang tidak sedikit, apalagi penghasilan seorang pemulung yang tak seberapa. Orang tua saya yang pensiunan PNS tidak memiliki penghasilan yang memadai untuk membiayai saya kuliah di fakultas kedokteran. Dan saya pun berhenti bermimpi, tapi tidak untuk anak pemulung tersebut. Baginya, hanya mimpi yang dia punya, jadi apa saja akan dilakukan untuk mencapai mimpi tersebut.
Agus, si anak pemulung yang punya mimpi besar tesebut benar-benar membuktikan omongannya. Memang dia dikaruniai otak yang cerdas, walau hidupnya hampir dihabiskan untuk membantu orang tuanya memulung sampah, tapi dia tetap bisa mengejar materi di sekolah. Akhirnya, dia diterima di Fakultas Kedokteran UGM melalui jalur PMDK. Orang tuanya mendukung, dengan usaha apapun mereka membiayai kuliah anaknya. Agus tidak minder, walau dia satu-satunya mahasiswa FK yang berangkat-pulang naik ontel tua, tetap mulung setelah kuliah, belajar bermodal buku pinjaman, toh akhirnya dia lulus dengan predikat cumlaude. Seorang anak pemulung buta huruf berhasil menjadi dokter. Hal yang dulu sangat saya ragukan.
Belajar dari kisah hidup tersebut, saya pun tak mau kalah. Mimpi saya dari dulu adalah menjadi penulis, minimal pernah menjuarai lomba. Walau berkali-kali saya kalah dalam kompetisi, saya tidak mengenal kata menyerah. Cerpen saya berjudul Tarawih Siang berhasil menjadi juara 1 lomba cerpen Solopos. Padahal saya tak ada target untuk memenangkan lomba ini. Satu kalimat yang saya ingat dari penulis produktif Mas Yudhi Herwibowo, “optimis perlu, tapi jangan berekspetasi berlebihan”. Terkadang sesuatu yang tak kita harapkan memberi kejutan pada kita.
Alloh berfirman “. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra’d:11).
Jadi, masihkah takut untuk bermimpi?




You Might Also Like

0 komentar: