BERAWAL DARI TEMPAT SAMPAH

08.32 Impian Nopitasari 3 Comments



“Dream, puisimu dimuat,” lengkingan khas Aminatun mengagetkanku.
“Apa iya? Yang bener? Tahu dari mana?,” teriakku nggak kalah kerasnya.
Aku masih belum sadar sepenuhnya ketika mendengar berita itu. Puisiku dimuat? Apa iya puisi jelek begitu berhasil masuk media, bukannya sudah lama aku mengirimkannya. Seingatku aku mengirim puisi itu tanggal 31 Mei 2007, sewaktu masih kelas X, lha ini beritanya aku sudah kelas XI. Kukira sudah wassalam ke tempat sampah redaksi. Kalau benar puisi itu dimuat, berarti itu akan menjadi tulisan pertamaku di media.
“Mana? Kamu lihat di mana?,” aku masih terus menginterogasi Mina.
Lama ia tak menjawab, seperti ada sesuatu yang dipikirkan, atau dia mencari kosa kata yang pas. Atau apalah, aku juga bingung melihatnya.
“Emm.. di tempat sam…pah,” katanya ragu-ragu.
“Haaa…..,”
Glek.
Aku bingung untuk mencari kiasan perasaanku ini. Belum juga selesai euforiaku mendengar tulisan pertamaku dimuat media, eh berita kedua sangat mengejutkanku. Kukira temanku itu melihat tulisanku sewaktu dia membaca koran itu di mana gitu, di perpus, di tempat saudara, di lapak koran atau di mana lah, eh nggak taunya malah di tempat sampah. Tempat sampah? Huaa malang sekali nasibku.
Tapi aku bersyukur, walau ia menemukannya di tempat sampah, setidaknya ia masih mau memberitahuku. Tuhan memang unik dan memberitahukan sesuatu juga dengan cara yang unik. Coba kalau temanku nggak iseng lihat tempat sampah di dekat rumah saudaranya, selamanya aku juga nggak akan tahu kalau tulisanku dimuat. Yah, walau dari tempat sampah aku senang sekali melihat tulisanku itu, kupamer-pamerkan ke teman-teman, maklum masih anak SMA. Walau agak menjengkelkan ketika kukonfirm tentang bingkisan atau honor atau semacamnya ke redaksi koran tersebut ternyata tak ada respon padahal dalam kolom puisi disebutkan bahwa bagi naskah yang dimuat akan diberi imbalan sepantasnya.
Sudah ditemukan di tempat sampah, tak ada honornya lagi. Begitulah nasib tulisan pertamaku.
***
Meskipun pengalaman tulisan pertamaku tidak begitu menyenangkan tapi bukan berarti aku menyerah begitu saja. Life must go on guys. Aku terus menulis dan membuktikan bahwa tulisanku bukan tulisan sampah.
Kelas XI aku semakin aktif menulis, terutama di majalah Teen. Alhamdulillah tulisanku sering dimuat, berupa opini atau sekedar surat pembaca. Senang sekali waktu itu karena sering mendapat kaos. Hihi. Petugas TU dan teman-teman jadi hapal deh untuk siapa dan apa isi kiriman tersebut saking seringnya aku mendapat kiriman.
            Puncak kegembiraanku ketika mendapat kabar bahwa cerpenku “ME: Si Nezza Troble Maker” berhasil dimuat di majalah Teen pada Juli 2008. Aku sungguh tak menyangka bila cerpenku itu akhirnya dimuat, sudah hampir setahun aku menunggu kukira tak layak muat. Akhirnya cerpen pertamaku dimuat di majalah nasional dan dibaca oleh Teenholics di seluruh nusantara. Honor cerpen tersebut kupakai untuk membeli dua novel Ketika Cinta Bertasbih yang waktu itu sedang booming. Senangnya bisa membeli novel dengan uang sendiri.
            Aku juga sering mengikuti perlombaan menulis, walau sering kalahnya. Hehe. Tapi justru itu yang membuatku semakin penasaran dan mengikuti lomba-lomba berikutnya. Yang paling kuingat sampai saat ini adalah ketika aku memenangkan lomba menulis cerpen Solopos tahun 2011. Sangat tidak menyangka aku menyabet juara 1 untuk kategori remaja. Akhirnya berhasil juga cerpenku menembus koran daerah lewat jalur lomba.
            Aku mencoba mengasah kemampuanku menulis dalam bahasa Jawa. Geguritan dan cerkak kucoba kirim ke majalah bahasa Jawa Panjebar Semangat, Alhamdulillah keduanya berhasil dimuat. Aku semakin semangat untuk menulis.
Beberapa karyaku yang berhasil dimuat media:
1.      Puisi “Medali Kebanggaan”, Koran inspirasi, November 2007
2.      Cerpen “Me: Si Nezza Trouble Maker”, majalah Teen, Juli 2008
3.      Geguritan “Goncahing Alam”, Majalah Panjebar Semangat, Juli 2011
4.      Artikel lucu “Demi Tiket Mudik” rubrik Ah Tenane, Solopos, Agustus 2011
5.      Geguritan “Sugeng Hariadi”, Majalah Embun, September 2011
6.      Cerpen “Tarawih Siang”, Juara 1 lomba cerpen Solopos kategori Remaja, dimuat 23 Oktober 2011.
7.      Artikel lucu, “Mak Jegurr”, rubrik Ah Tenane, Solopos. Oktober 2011
8.      Cerkak “Satriya Onthelku”, Majalah Panjebar Semangat, Oktober 2011
9.      Cerpen “Balada Garam Bledhug”, juara 1 lomba cerpen GPN Purwodadi, Antologi “Aku dan Grobogan”.
10.  Cermin “Gusti Ora Sare”, Juara Harapan 5 Lomba Cermin Ilmanafia, dibukukan dalam Antologi “Seorang Nenek di Bawah Pohon Kasturi”.
11.  Cerpen “Pemulung Ilmu”, dibukukan dalam antologi “Mutiara Berdebu”.
12.  Cerpen Pada Helai Kamboja, dibukukan dalam antologi Joglo, Taman Budaya Jawa Tengah “Perempuan dan Dering Handphone”.
Tulisanku memang baru sedikit dan jauh dari kata bagus. Tapi semoga dari yang sedikit itu bisa menginspirasi dan menghibur orang lain. Tak kupungkiri bahwa kegilaanku menulis berawal dari dendam masa lalu. Tak kubiarkan tulisanku berakhir di tempat sampah.
Berawal dari tempat sampah, tak berarti selamanya akan menjadi sampah, kan?
***





You Might Also Like

3 komentar:

  1. Untuk mendokumentasikan tulisan atau berita mengenai anda, Kami dari SOLOPOS menyediakan pelayanan arsip PDF SOLOPOS edisi lama.
    Bila arsip dikopi di kantor redaksi SOLOPOS, siapkan flashdisk anda.Bila anda tidak mempunyai flashdisk, kami menyedikan cakram DVD berikut boxnya dengan biaya Rp 7.500. Untuk tariff arsip PDF, harga per edisi utuh Rp 4.000. Alamat redaksi kami ada di Jalan Adisucipto 190 Solo.
    Bila peminat ada di luar kota dan menghendaki arsip PDF, maka biaya dikenakan biaya Rp 10.000 untuk pemesanan 1 atau 2 edisi . Arsip PDF akan dikirim via email.

    Priyono
    Staf Penjualan Online
    081578830445

    BalasHapus