EFEK DOMINO MENULIS
Menulis bukan hanya tentang urusan coret mencoret saja dan merangkaikan kata saja. Menulis adalah suatu kegiatan yang universal, dan dampaknya juga universal. Apakah benar demikian? Jawabnya benar sekali.
Banyak
hal yang saya dapatkan dengan menulis. Kebanggaan karena berhasil menembus
media, senang karena bisa memperoleh penghasilan dari honor menulis, bisa
mendapat teman-teman baru yang menyenangkan, mendapat pembaca yang setia
mengikuti karya-karya kita, bisa travelling, menambah nilai mata kuliah
tertentu karena dosen pengampu tersebut suka jika kita produktif menulis dan
yang penting mau membeli buku kita dengan harga yang lebih, ups curhat, hehe.
Karena
semua hal tersebut tadi saya simpulkan bahwa menulis itu asyik. Menulis itu seperti
sekali mendayung, berpulau-pulau terlampaui alias paket komplit. Efek domino
yang ditimbulkan dari kegiatan menulis sungguh menakjubkan.
Kebanggaan
karena berhasil menembus media ternyata tidak dirasakan oleh saya seorang diri.
Orang tua, teman-teman, dosen dan kenalan-kenalan ikut bangga dan mempromosikan
tulisan saya, ah betapa senang dan terharunya mendapat marketing gratis. Memang
benar, silaturahim mempermudah rizki, dan silaturahim itu bisa dijalin lewat
menulis. Writing without boundaries, menulis tanpa batas, maka teman-teman kita
pun tanpa batas. Bahkan kebanyakan belum kita temui di dunia nyata, tapi terasa
dekat.
Menulis
memang asyik, saya banyak mendapatkan teman-teman yang keren, gokil, dan baik
hati. Kalau dulu ada sahabat pena, sekarang ada sahabat dunia maya. Karena
kepenulisan ini saya tidak ragu untuk berteman dengan teman-teman sesama
penulis di dunia maya yang biasanya saya tidak bisa terlalu percaya dengan
mereka. Entahlah, menulis mengubah cara pendang saya. Saya pun sekarang punya
sahabat yang selalu ringan berbagi atau sekedar menerima curhatan dan
memberikan motivasi sewaktu saya benar-benar sedang drop. Dan saya mengenalnya
karena kepenulisan.
Saya
pun pernah bertemu dengan teman FB saya yang saya kenal lewat majalah remaja.
Tulisan fantasinya bagus, kita juga sering diskusi atau sekedar guyon nggak
jelas di FB. Tak menyangka ada hal yang mempertemukan kita. Karena dia
mengikuti seminar Merry Riana di Solo, kebetulan pas lagi libur juga, bisa
menjadi alasan kita untuk kopdar. Senang sekali rasanya bisa bertemu karena
ternyata tidak semua orang bisa bertemu dengannya. Kejutannya, dia memberi saya
buku hasil lomba antologi yang dia menangkan. Buku itu belum beredar di toko
buku dan saya bisa membaca duluan, senangnya… padahal saya tidak pernah
berpikir sedikit pun untuk meminta bukunya. Sekalian saja saya minta tanda
tangannya. Asyik sekali, that was amazing day.
Menulis
membuat saya mengenal senior-senior yang ternyata baik hati dan tidak sombong.
Dulu saya sungkan untuk mengenal beliau-beliau karena merasa belum mempunyai
karya. Dengan karya saya yang masih sangat minim, saya jadi punya alasan untuk
berdiskusi dengan mereka. Ada pak Langit yang selalu membuat motivasi naik, Pak
Tandi Skober yang tak bosan-bosannya menyemangati padahal kami belum pernah
bertemu, pak Saut Poltak Tambunan yang pernah mengirim saya buku padahal ongkos
belum saya bayar, Pak Kaspul Darmawi yang asik banget, Bunda Triani Retno, dan
masih banyak lagi. Beliau-beliau ini saya kenal lewat Facebook. Facebook menjadi
berguna dan tidak sia-sia jika kita memanfaatkand dengan positif. Salah satunya
tentu saja untuk menulis.
Karena
menulis banyak hal tak terduga yang kita dapatkan. Seperti tiba-tiba mendapat
tiket gratis untuk bertemu di acara temu
penulis se-indonesia di luar kota yang jauh, bisa menyalurkan hobi traveling
juga kan. Di sana bisa puas berjumpa dengan teman-teman yang biasanya hanya
bisa kita temui di dunia maya, bisa minta tanda tangan mereka, bisa gantian
menjual buku kita. Sungguh mengharukan, kekuatan menulis memang sungguh hebat.
Saya
sungguh tidak percaya bisa menyalurkan hobi travelling saya dengan menulis.
Dulu saya pergi travelling seminggu di tengah kesibukan saya (saya tidak ikut
ujian akhir, tapi ikut susulan kok) dan alasan yang bisa membuat saya begitu ya
karena kepenulisan. Dosen pun dengan ringan hati mengijinkan saya untuk tidak
ikut ujian, alasannya karena demi mengikuti kegiatan menulis. Siapa yang tidak
senang mendapat hak khusus seperti itu? Teman-teman pun banyak yang iri karena
itu, hehe. Makanya nulis dong.
Menulis
juga bisa membanggakan almamater. Senang rasanya bisa menyumbang
sertifikat-sertifikat hasil prestasi saya menulis untuk digunakan sebagai bahan
akreditasi jurusan tempat saya menuntut ilmu. Ternyata prestasi itu tidak hanya
untuk saya pribadi, tapi juga untuk jurusan saya. Senang sekali bisa menjadi
manusia yang bermanfaat untuk hal orang lain.
Terkadang
di saat saya sedang defisit penghasilan, ada saja rejeki yang datang. Seperti
ada dosen yang membeli buku saya dan biasanya dibayar dengan harga lebih, siapa
yang tidak senang? Juga sewaktu online, tiba-tiba ada chat yang masuk, menawari
untuk menyetorkan satu cerpen untuk dimuat di antologi Joglo, Taman Budaya Jawa
Tengah. Wow, speechless sekali waktu itu. Bagaimana tidak, tahun lalu saya
hanya sebagai penonton dan tidak terbayangkan sama sekali kalau tahun ini saya
sebagai yang ditonton. Tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau saya menjadi
salah satu kontributor antologi tersebut, karya saya ikut dibedah, bertemu teman-teman
baru, bertemu senior menulis, saya dapat honor. Ah benar-benar bersyukur kepada Alloh yang mengenalkanku
dengan dunia keren ini.
Karena
menulis jadi banyak teman, karena banyak teman jadi banyak link karena banyak
link jadi mudah menyalurkan karya dan mudah mendapat rejeki tentunya. Seperti
bulan puasa kemarin saya banyak mendapatkan undangan buka puasa bersama oleh
berbagai komunitas menulis yang saya kenal. bisa ngirit, dapat parcel lagi.
Sebagai anak kost, hal itu benar-benar sesuatu. Menulislah jika ingin
memperlebar jaringan.
Kita
tunggu efek domino apa lagi yang akan muncul karena menulis.
***
0 komentar: