Kisah Dua Cewek Galau Mencari Cinta
Beberapa hari ini aku bener-bener suntuk mau ngapa-ngapain. Semuanya nggak semangat. pokoknya banyak aura negatif berkeliaran di mana-mana dan sayangnya aku terpengaruh. Sungguh tak bagus untuk perkembangan pertumbuhan badan.
Banyak ide berkeliaraan, apalagi
setelah aku mbolang. Ide yang bersliweran yang biasanya gampang aku tangkap
daan kembangkan sungguh rasanya buntu sekali. Entahlah. Ini bukan sekedar
writer’s block. Ini masalah hati yang butuh dicharger.
Satu teman baikku akan pulang ke
kampungnya besok. Jauh ke Banjarmasin. Makanya aku ingin sebelum dia pergi,
kita ketemu dan buat farewell kecil-kecilan, itung-itung nagih traktiran karena
tulisannya udah dimuat di Gadis. Habis aku nggak dikasih majalahnya. Hua hua.
Akhirnya kita pergi ke tempat
favorit kita buat ngedate. Di mana coba? Gramedia. Namanya juga penulis ya
tempat spesialnya ya pasti toko buku. Haha. Padahal kita ngejar diskon terakhir
bazar. Tetep aja lapar mata lihat banyak buku menggiurkan begitu. Ssttt.. diam-diam aku motret si Ayu lho..haha
lihat di bawah, mukanya nggak kelihatan tapi.
Adzan magrib pun berkumandang,
Ayu ngajak aku sholat magrib di masjid Kottabarat, tempat kita sport jantung
jadi jumper dulu, aku iya-in aja karena sebenarnya males sholat di mushola
gramedia yang kecil. Belum juga sampai jalan kurasakan ada sesuatu yang aneh di
motor Ayu. Hiyaaaaa….ban motornya bocor. Jiah kenapa bocor pas magrib-magrib
coba, tambal ban juga susah, ah dasar motor nggak kenal waktu kapan mau bocor
atau nggak.
Jadilah dua cewek galau mencari
sang tukang tambal ban. Eh setelah sampai penghuninya malah nggak ada. Duh,
magrib-magrib lagi, belum juga sholat. Untung ada ibu-ibu baik hati yang mau
nyamperin tukang tambal ban di rumahnya. Apa wajah kita melas ya jadi kasihan
gitu? Nggak lah, itu karena aku yang pandai berdiplomasi. Pakai jurus bahasa
Jawa halus, pasti tokcer. Wakakak.
Selama nunggu bapak tukang tambal
ban si Ayu kebingungan cari tempat sholat. Aku diemin aja. Kenapa nggak sholat
di mushola Gramed? Ternyata eh ternyata dia nggak tau kalau di Gramed ada
musholanya. Dasar odhong-odhong. Lama tinggal di Solo, bolak-balik Gramedia
nggak tau juga tuh anak. Duh rasanya pengen jitak deh. Mana masih pakai adegan
kesasar nyari masjid lagi. Nggak tahu kenapa, kalau nge-date sama Ayu pasti ada
aja kejadian ga-je.
Akhirnya kutunjukkan di mana
mushola Gramedia berada biar puas tuh anak. Ah kenapa aku jadi deg-degan pas
mau sholat. Soalnya di situlah si pujaan hati pernah sholat juga. Hemm..apa
kabarnya ya dia, jadi kangen. *gak penting, ignore. Eh lupa, kan waktu aku
nunggu tukang tambal ban sampai jalan nyasar cari masjid hingga balik ke
Gramedia lagi aku dalam posisi ditelpon saudara jauh dari Bogor. Sambil
nangis-nangis gitu deh. Aku jadi speechless, mau ngomong apa coba, sementara
aku juga harus ngomong sama ibu-ibu penjual di warung tenda dan bapak tukang
tambal ban. Sumpeh deh, nggak enak banget nyuekin Mbak Widi. Padahal dia sedang
butuh aku untuk menumpahkan segala lara di hati. Maafin adik durhaka-mu ini ya.
Ada yang berbeda malam ini,
entahlah. Si Ayu mulai terbuka curhat soal cinta-cinta-an. Jiah ternyata
cerpennya di Annida-Online yang pernah tak hujat itu (kejam banget, lebay)
adalah curhatan hidupnya. Pantes dalem banget penghayatannya. Entahlah, aku senang
dia bisa terbuka seperti itu, sayang kenapa nggak dari dulu, kenapa pas mau
pulang ke Banjarmasin baru mau cerita-cerita.
Tapi aku senang akhirnya
ditraktir juga di warung tenda yang romantis dan diiringi oleh musik yang
melankolis. Ah jadi semakin menambah kemesraan kita berdua. Apalagi cumi saus
tiramnya Yummy banget. Aku nggak tahu ketika Ayu curhat soal brondongnya aku
juga ikut-ikutan curhat. Tentang cintaku yang kandas sama orang Medan sampai
cinta baruku sekarang ini (nggak ah, kontroversi). Ya, aku sepertinya mulai
mencintainya dengan hati, walau mungkin porsinya nggak sebanyak yang pertama.
Ya sudah, aku ngaku saja. Tapi aku nggak akan mau ngomong (lha ini barusan
apa?) ya pokoknya aku nggak mau ngomong, aku nggak mau pacaran, aku masih kuliah,
aku maunya nanti nikah sama orang yang tepat (apaan sih kenapa sampai sini?).
Tak ada moment yang terlewat
tanpa poto-poto. Narsis tetap harus dibudidayakan. Tapi bukan aku kalau nggak
gila, aku dapat ilmu-nya dari geng Mble-e, aku mau tularin ke Ayu. Saat ada
orang ngamen, kita malah minta dia motion, alhasil dia nggak jadi ngamen, malah
jadi fotografer dadakan. Haha untung masnya baik hati dan nggak istighfar lihat
kelakuan kita. Sekalian saja aku foto sama mas nya yang ngamen itu. Hahaayy
sebelum kita terkenal kan nyicil foto-foto dulu biar nanti kalau sudah terkenal
nggak susah kalau mau foto-foto. Gilanya karena ketahuan foto-foto, kita dikira
wartawan Solopos oleh penjual di warung tenda tersebut. Aku bilang aja besok
reportasenya muncul. Semoga saja bapak sama ibunya itu nggak beli koran..
Amiinn.
Sebenarnya kita masih lapar, tapi
karena Ayu nggak berani nambah, aku hargai ketidakberaniannya. Padahal aku
geregetan banget sudah pengen nambah, ya sudah lah, dia yang nraktir, aku manut
aja. Lagian kita masih mau jajan lagi. Haha tetep. Pilihan kita jatuhkan ke
warung tenda bubur kacang ijo depan kampus UMS, dan curhat masih terus
berjalan. Cerita ngalor ngidul nggak jelas, dari yang katanya Strawberry
kertas-nya mbak Widi mirip sama karyanya Ayu lah, Paradoks Dua “A” nya Ayu
banget lah. Lama-lama dia suka menghubung-hubungkan cerpen dengan kehidupannya.
Semoga nggak ada Sang Penerjemah Bintang dalam kehidupannya. Aku nggak relaaa…
(haha mulai kontroversi). Kenapa juga cerpennya mbak Nami itu ada adegan buang
sampah sembarangan dan namanya bebeb Ayu itu berawalan dari “A” juga. Aku yang
suka sama orang yang berawalan “A” saja biasa aja. *siul-siul.
Ternyata kita lama banget lho
makan bubur itu. Selama kita duduk sudah ada 6 pasangan pulang pergi (bener nggak
Yu?) ya pokoknya banyak lah yang sudah ganti-ganti pembeli di warung itu. Kita
aja yang bandel tetep duduk di tempat strategis dan masih menggalau. Entahlah,
mau dibawa ke mana cinta kita…. Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan
bagiku.
Makasih sudah ngajak aku ngedate
Yu. Hati-hati di Jalan. Miss you until September. Hukz.
0 komentar: