ANTARA GALAU DAN ANTHONARSIZ YATSUMONO
Wah judulnya kok frontal banget ya, apa coba hubungan galau sama Mas Mono? Makanya baca dulu sampai akhir baru komen.
Entahlah beberapa hari ini aku
kacau banget, 2 minggu nggak nulis, kecuali nulis status. Ditambah harus
bedrest selama seminggu. Sungguh keadaan yang benar-benar galau. Parahnya aku
memamerkan galau tersebut kepada khayalak ramai, sesuatu yang dulu sangat
kuhindari, tapi malah kulakukan sekarang. Sepertinya sistem otak dan hatiku
memang sedang error.
Kerjaku berhari-hari ini hanya
tidur, baca buku, sms-an, online, nangis, online lagi. Tentu saja aku nggak
ngelupain sholat dan khatamin Al Qur’an. Tapi aku merasa belum mendapat apa-apa
di bulan Ramadhan tahun ini. Entah, aku merasa ini ramadhan yang paling garing,
setiap malam aku bermuhasabah, intropeksi diri, sepertinya ada yang salah pada
diriku, tapi apa, aku belum tahu.
Aku juga merasa gila akhir-akhir
ini. Sms ke nomer sendiri, dibales sendiri, e-mail ke alamat e-mail sendiri,
dibales sendiri, buat akun FB lagi yang temannya Cuma FB umumku,inbox sendiri,
juga dibales sendiri. Yang gak kulakukan adalah menelpon diri sendiri. Soalnya
itu nggak bisa.
Ya sudah, akhirnya aku menemukan
seseorang yang mau menemaniku, namanya Bramantyo. Terjadilah dialog antara aku
dan Bramantyo.
Aku : Bram (aku lebih suka manggil dia Bram daripada Rama) ke
Parangtritis yuk?
Bram : Mau ngapain? Enak di Mutun daripada di Parangtritis.
Aku : Emang udah pernah ke Parangtritis, ayolah, di Mutun kamu
nggak akan bisa ngelupain Namia.
Bram : Jangan sok tau kamu, sebenarnya aku masih trauma sama pantai.
Aku : Aku juga sebenarnya begitu Bram, makanya kita hilangkan
trauma kita, aku akan ke Mutun, kau juga harus ke Parangtritis ya, kita
main-main saja di sana, teriak sepuasnya, main pasir, lihat sunset. Apa saja,
yang penting kita berdamai dengan masa lalu.
Bram : (tiba-tiba menghilang tanpa jejak)
Aku : (bingung dan berteriak) Braaammmm….kamu ke mana?? Jangan
tinggalin aku Bram!!!
Aku sudah nggak melihat Bramantyo
lagi, aku sedih, dia juga ninggalin aku. Mataku sudah penuh dengan kubangan
air. Kurasakan seseorang memgang keningku. Bram, kaukah itu?
“Mbaaaakkkk… panas banget, di termometer
ini panasmu 38 derajat, OMG, ayo ke dokter,”
Ah ternyata bukan kamu Bram,
desahku kecewa.
***
Orang-orang kampus heran dengan
keabsenanku. Biasanya aku penghuni kampus paling setia, mau hari aktif atau
libur pasti aku akan eksis di sana. Semua aku cuekin, termasuk dosen. Gila ya,
di saat teman-teman lain berebut perhatian dosen aku malah nyuekin mereka, beliau-beliau
yang malah selalu ngontak aku, ya beginilah resiko jadi mahasiswa popular,
ishh..
“Impiaaannn..artikelnya
manaa???,”
“Mbak..editannya belum rampung
ya? ini mau naik cetak lho!!,”
Telfon-telfon dan sms senada
banyak yang mampir di Hape-ku. Aku lagi nggak mau nerima order apapun. Lagi
bodo amat ngurusin majalah, biar junior-junior yang unyu-unyu itu yang harus
belajar mandiri, aku lagi nggak mau ngapa-ngapain.
Kecuali Facebook and Twitter-an.
Hihi.
Ada yang selalu membuatku ngakak
ketika FB-an. Ada akun yang mengatasnamakan diri sebagai Anthonarsiz Yatsumono
yang memang benar-benar mono-mono *apaan sih. Beneran deh, baca komen atau
status orang ini pasti bikin galau musnah seketika. Apalagi jempol-jempolnya
selalu menghiasi notif-ku. Belum upload-an fotonya yang Menuhin beranda *upz,
haha.
Aku tahu, dia nggak maksud bikin
orang ketawa, nggak maksud menghibur. Tapi tanpa sadar komennya yang memang gak
pernah jelas itu sanggup menghilangkan galauku untuk sementara. Apalagi aku
nggak nyangka dia juga Teenholics, dan masih nyimpen tulisan jadulku jaman SMA.
Makasih upload-annya ya Mas Mono, soalnya punyaku sudah raib entah kemana. Aku
suka banget tulisan You’ve Got Mail itu, bikin trenyuh. Haha.
Makasih ya Mas Mono sudah
memperkenalkan aku dengan Bramantyo, walau orangnya nyebelin banget nggak mau
ke Parangtritis, padahal aku mau ajak dia ketemu penguasa pantai selatan, hiii.
Mungkin aku harus ke Mutun dulu biar dia mau ya? oke lah Insya Alloh tahun
depan aku mau ke Mutun. Dia nggak boleh patah hati terus-terusan, dikiranya dia
aja yang patah hati? Aku juga tau. Huu.
Wah sepertinya aku juga harus
berterima kasih pada Mas Alfian Daniear, sudah memberikan satu Unyu-nya
untukku, membuatku tahu ada Bramantyo di situ. Apa kabar ya dia? Pasti sibuk
banget. Kangen juga ya ternyata *hush, ini kan edisi khusus Antonius Pramono,
jangan bahas Alfian.
Mas Mono, meskipun kita belum
pernah ketemu, tapi makasih ya sudah mau jadi temanku di dunia absurd. Aku
yakin suatu saat nanti kau akan jadi penulis terkenal yang tetep humble. Maaf
aku belum sempat beli kacang telurmu, masih belum bisa ke mana-mana nih. Doakan
aku cepat kembali normal, dan tetep, titip salam ya buat Bramantyo. Hehe.
Solo, di suatu ruangan sempit,
14.25 WIB
Temanmu,
Impian Nopitasari
0 komentar: